ARTIKEL PILPRES 2019 #01: STRATEGI MENDONGKRAK POPULARITAS CAPRES 2019
Penting bagi tokoh hebat yang berniat maju pilpres 2019 untuk memahami arti popularitas ini. Berkenalan dengan masyarakat pemilih itu harus dilakukan secara sadar dan serius. Dari hasil berkenalan secara kontinyu inilah angka popularitas itu diperoleh.
Berkenalan atau memperkenalkan diri ke publik luas menjadi bagian dari kesadaran logika terkini untuk meningkatkan peluang keterpilihan (angka elektabilitas). Sehingga dibutuhkan sebuah upaya yang sistematis dan komprehensif untuk kerja-kerja popularitas ini. Keterlibatan pendukung balon capres (bakal calon presiden) sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Secara sederhana tokoh disebut populer adalah ketika masyarakat pemilih mampu menyebutkan nama tokoh tersebut secara gamblang. Jika penyebutan nama tokoh tersebut mampu disebutkan oleh masyarakat secara merata di 7.000an kecamatan di seluruh Indonesia maka tokoh tersebut dapat dikatakan populer dan angka popularitasnya pasti tinggi.
Nah, tingginya popularitas itulah sebagai pertimbangan awal seorang tokoh itu dianggap berpeluang untuk nyapres tahun 2019 nanti.
Saat ini sedang in nama-nama tokoh yang dibicarakan bakal berpotensi sebagai capres 2019. Tentu ada nama Pak Jokowi sebagai tokoh incumbent (presiden saat ini) yang paling berpotensi. Selain itu nama Prabowo Subianto (Gerindra) juga selalu menghiasi pada halaman analisis diberbagai media. Yang cukup menarik perhatian dalam sepekan ini adalah ramainya nama TGB (gubernur NTB) disebut-sebut dalam banyak diskusi-diskusi serius maupun sekedar dalam diskusi lepas pada medsos atau netizen di tingkat nasional.
Kembali ke urusan popularitas, bahwa keterkenalan yang terus menerus “dibicarakan” akan dapat berdampak meningkatnya angka ke-dikenal-an/ popularitas itu.
Pengukuran angka popularitas dapat dilakukan dengan survei, dan jangan lupa kalau sering sekali ada perbedaan yang jauh sekali antara hasil survei dengan klaim popularitas hasil lainnya. Karena survei mengukur secara offline (langsung turun ke lapangan) sedangkan analisis popularitas lainnya cenderung menggunakan hasil analisis data online. Jangan kejebak disini!!
Boleh jadi TGB terkenal pada tataran internet (media online, medos, netizen, televisi) tetapi belum tentu terkenal secara merata pada masyarakat pemilih se Indonesia yang mencapai 190 jutaan itu secara nyata (secara offline).
Upaya popularitas itu harus dilakukan dengan memperhatikan sebaran wilayah. Jangan lupa Indonesia saat ini memiliki 80.000-an desa dan kelurahan yang membentang secara sangat luas dari Sumatera hingga Papua. Pertanyaannya sudahkah para fans tokoh-tokoh yang mau nyapres ini menempatkan orang-orangnya disetiap desa dan kelurahan tersebut?
Sekali lagi jangan lupa popularitas itu sesungguhnya ada pada jalur offline, sedangkan jalur online itu dalam rangka men-sasar offline itu juga pada akhirnya.
Sekian, NKRI ku, NKRI mu, NKRI kita bersama… salam kompak!
(DC)