PILEG 2019 #13: UPAYA POPULARITAS BAGI CALEG POTENSIAL
Popularitas sendiri dalam hal ini memiliki ruang lingkup/ konteks yang perlu ditelaah. Batas populer saja belumlah cukup, harus ada ciri khas yang membekas akan keterkenalan seorang caleg dalam benak para pemilih. Keterkenalan idealnya dibarengi dengan membangkitkan rasa suka/ menerima. Rasa suka inilah yang berlanjut dengan potensi dukungan yang meluas bagi diri bersangkutan.
Dikenal dan disukai adalah perpaduan dalam menysun rencana popularitas, ditambah eksekusi/ pelaksanaan program tersebut yang kemudian berdampak positif bagi berbagai kalangan masyarakat pemilih dalam dapil.
Dikenal dan disukai juga merupakan dua hal yang selalu seiring-sejalan yang selalu kompak untuk tidak dapat dipisah-pisahkan selama proesnya. Karena upaya yang baik untuk membangun popularitas selalu memperhatikan etika-etika agar menumbuhkan rasa suka. Popularitas bukan ditujukan untuk membangun rasa ke tak-sukaan.
Membangun rasa kesukaan masyarakat pemilih terhadap diri pribadi caleg haruslah diperhatikan secara lebih serius. Melebih-lebihkan “sikap” selama menjalani proses upaya popularitas dapat berdampak negative.
Jangan sampai melakukan upaya popularitas yang sekaligus juga mengganggu kecerdasan berfikir bagi masyarakat pemilih.
Karena popularitas yang dibangun oleh caleg tahun 2019 adalah dalam rangka ikhtiar untuk menangkap peluang elektabilitas sebanyak-banyaknya dalam format kalkulasi/ perhitungan Sainte Lague Murni.
Kemudian popularitas itu dibangkitkan untuk menuju kedewasaan berpolitik, pencitraan peradaban terkini, pengkomunikasian/ sharing demokratisasi, dan penyamaan informasi sehingga untuk keputusan memilih bagi masyarakat pemilih dapat tepat menentukan pilihannya.
Upaya popularitas itu menganut prinsip-prinsip kecerdasan yang saling menghargai. Adapun kompetisi yang terjadi antar sesama caleg dimaksudkan untuk mem-filter sehingga menemukan caleg yang memang paling pantas untuk didukung/ dipilih.
Dalam rangka “memperebutkan” amanah rakyat inilah proses popularitas dibingkai.
Batasan-batasan popularitas mengandung dua makna yakni makna idealis sekaligus makna pragmatis. Dimana sebagai makna idealis proses popularitas dimaksudkan untuk menghadirkan pelurusan informasi, mempresentasikan ide/ gagasan konstruktif sehingga muncul asumsi layak dukung yang kemudian secara tidak langsung memberikan edukasi kepada masyarakat pemilih. Sedangkan makna popularitas sebagai pragmatis dimaksudkan agar supaya masyarakat pemilih dapat tertarik kepada kontestan politik (caleg) sehingga menjatuhkan pilihan politiknya kepada yang bersangkutan.
Nah, dari langkah-langkah popularitas yang telah dilakukan oleh setiap caleg hari ini perlu kiranya memperhatikan rambu-rambu yang etis sehingga terciptanya pemilu tahun 2019 yang lebih beradab.
Sebagai tips tambahan pada artikel singkat ini kami ingin mengemukakan bahwa dalam desain popularitas sebaiknya tambahkan bumbu-bumbu sehingga kesukaan engkau dapatkan. Hindari popularitas yang berimplikasi kegaduhan dan polemik berkepanjangan.
Karena, upaya popularitas tidak sama dengan argumentasi yang berniat mematahkan lawan.
Popularitas harus dilakukan secara bil-hikmah, menginspirasi, penghargaan, dan merangsang motivasi.
Popularitas bukanlah intens menampilkan hoax.
Juga bukan upaya membelah ekstrim para fans.
Kesimpulannya, upaya popularitas harus dilakukan dengan cara-cara yang merangkul sehingga menimbulkan “perasaan” senasib-sepenanggungan yang berlanjut pada merebaknya “kesukaan” masyarakat pemilih kepada dirimu sebagai caleg menang tahun 2019.
Segitu saja dulu, masih ada waktu….
Selamat ber-nisfhu sya’ban… may day.. bagi yang menjalankan. Salam Pancasilais !!!
(DC)