PILPRES 2019#04: RAHASIA TIGA PASANG CAPRES 2019
Sebentar lagi di bulan depan maksimal 10 Agustus 2018 sudah ada fix ada paslon capres - cawapres untuk pemilu tahun 2019 yang akan datang. Ulasan kali ini bersifat hiburan tambahan saja terkait lobbying yang saat ini lagi intensif dilakukan oleh berbagai pihak yang berkompeten di nasional, terutama kalangan kalangan ketua - ketua partai.
Apapun partai dimana keterlibatanmu saat ini, kami berharap opini kami kali ini sekali lagi bolehlah kiranya dijadikan "penyimpangan" analisis yang melihat dari sudut yang berbeda dari pemberitaan mainstream selama beberapa hari terakhir.
- PDIP adalah partai yang paling boleh menyinambungkan kembali untuk menempatkan kadernya sebagai presiden-wakil presiden periode 2019 – 2024. Pak Joko Widodo termasuk sosok yang paling tinggi potensinya untuk dicalonkan kembali oleh PDIP berikut mitra koalisinya.
- Sebagai rival head to head pak jokowi adalah pak Prabowo Subianto dengan partai Gerindranya adalah yang paling sering disandingkan berkompetisi dalam info - info umum yang beredar.
- Disisi lain sesungguhnya langkah taktis yang diambil oleh pak SBY sangatlah strategis sebagai pihak yang "melawan" opini ke-umum-an ini. Pak SBY lah menurut kami yang paling mampu menciptakan opsi sebagai pihak poros ketiga diluar kedua kubu yang tersebut diatas.
- Pak SBY telah berpengalaman secara mulus untuk menjadi presiden selama dua periode tanpa terusik full oleh mitra koalisinya saat itu. Sebagai contoh di periode keduanya pak SBY terlihat cukup mudah dan meyakinkan untuk menunjuk pak Budiono sebagai wapres saat itu.
- Beda kemudian dengan hari ini dimana pak Jokowi kini masih terlihat cukup sibuk menentukan siapa yang akan menjadi calon wakilnya.
- Melihat kepentingan politik jangka panjang (pasca 2024) maka cawapres pak Jokowi kali ini sangat memungkinkan untuk menjadi capres pada pasca 2024 itu. Inilah mungkin yang menjadi kalkulasi para elit di tubuh PDIP.
- Bagaimana dengan desas - desus parpol lainnya yang juga nampaknya cukup menyadari adanya pengkrucutan tiga sumbu poros kekuatan utama yang terjadi alamiah antara PDIP - GERINDRA - DEMOKRAT. Posisi Golkar dan PKB sebagai partai yang cukup besar selain ketiga poros utama itu cukup berperan penting kita lihat bersama akhir - akhir ini dimana telah terjadi komunikasi yang cukup serius antara pak Airlangga dengan Cak Imin.
- Dilain pihak (namun sesungguhnya sedang diuji oleh publik) ada PAN dan PKS yang cukup getol mempertahankan penjajakan koalisinya kepada Gerindra.
- Yang lumayan menguras energi kalkulasi para elit partai juga adalah dimana pilpres kali ini dilaksanakan bareng dengan pileg. Biar bagaimanapun secara kepartaian kemampuan mendudukan sebanyak - banyaknya kadernya di parlemen juga perlu sangat serius untuk dilaksanakan.
- Menang pilpres tidak otomatis memenangi pileg. Begitu data - data penganalogian pilkada serentak yang baru saja terjadi. Paslon yang diusung partai besar dan atau ditambah koalisi besar cukup banyak dikalahkan oleh musuhnya koalisi partai menengah.
- Berkaca data hasil pileg tahun 2014 yang lalu dimana PDIP dan Golkar menempati perolehan suara paling tinggi dibandingkan partai lainnya. Namun pileg kali ini dari berbagai analisis hasil pengukuran/ survei prediksi ada yang mengatakan Gerindra dan PKS cukup berpeluang untuk merangsek naik menjadi empat besar. PKS, PKB, PAN, PPP, PBB, mungkin saja akan mendahulukan kepentingan pilegnya jika terjadi kebuntuan negosiasi dalam pencapresan kali ini.
- Bagaimana dengan partai lainnya yang juga sangat berkeringat untuk menjadi unggul dalam kompetisi pileg 2019 yang akan datang. Ada Nasdem, Perindo, dan HANURA, yang juga membagi fokusnya antara pilpres dengan pileg. Memainkan dua kepentingan yang berbeda sekaligus diperlukan tingkat kecerdasan politik yang tidak umum. Cermat dalam pemetaan, dan mampu dengan sangat sabar untuk mengeksekusi setiap keputusan adalah kuncinya.
- Sudahlah kawan politik itu sangat dinamis, dimana kepentingan lebih tinggi nilainya dari pada musuh politik. Begitu fatsun umum yang sering secara samar terlihat dipermukaan ruang public analisis politik terkini.
- Parpol yang menyadari posisinya “tingkat menengah” tidak akan memaksakan kadernya untuk maju menjadi capres atau cawapres, tetapi sangat mungkin memindahkan orientasinya kepada pemenangan pileg untuk sebanyak – banyaknya mendudukan kadernya di parlemen nantinya.
- Para elit dan para analis politik pasti sangat memahami hal itu. Selainnya pada line lapis kedua bagi elit pelaksana di daerah - daerah cukuplah elit dipusat segera memutuskan siapa capres - cawapres maka akan siap di amin-kan hingga ke grass-root.
- Sedikit sebagai clue tambahan bahwa ada kekuatan lobbying yang menurut kami cukup menghiasi kalkulasi pencalonan dalam pilpres kali ini adalah massa dan elit PA 212. Kemana mereka akan berlabuh?
- Point terakhir sebagai opini kami kali ini adalah, seperti terjadinya tarik menarik kepentingan yang sangat kuat dan kalkulasi apakah "membuat" dua pasang saja pilpres kali ini ataukah terbelah lagi sehingga terjadi tiga pasangan capres - cawapres.
- Kita semua mungkin bukan "si pembuat" pasangan itu, tapi kita adalah "object" yang mungkin mereka sangat perhitungkan.
- Yuk kita teruslah memirsanya secara cermat hingga tanggal 10 Agustus 2018 mendatang. Sambil melihat kemana sesungguhnya arah dunia perpolitikan Indonesia kedepan.
Baca Juga: PILKADA SERENTAK 2020 : MENANTIKAN KOALISI PDIP DAN GERINDRA VERSUS GOLKAR DI KUTAI KARTANEGARA
Tetaplah bersemangat membaikan, salam kompak NKRI !!!
(DC)